Syaikh ‘Abdullah al-Mushallii mengkisahkan, bahwa suatu ketika khalifah Imam al-Mustanjid Abal Mudhaffar Yusuf, bersilaturahmi ke tempat syaikh ‘Abdul Qadir Jilani. Dia meminta wejangan dan wasiat kepada tuan Syaikh, serta menghadiahkan sepuluh kantong harta materi yang dibawa oleh sepuluh pelayan. Tuan Syaikh menolak mentah-mentah hadiah yang menggiurkan itu.Sang khalifah memohon kepada Syaikh ‘Abdul Qadir agar mau menerima hadiah itu. Dan kapan-kapan akan ditambah lagi.
Karena begitu didesak,
Syaikh ‘Abdul Qadir kemudian mengambil dua kantong yang paling paling bagus.
Setelah dipegang tuan Syaikh, dua kantong itu menguncurkan darah yang mengalir.
Tuan Syaikh berkata : “Apakah engkau tidak malu, telah menghisap darah manusia
dan menyerahkannya kepadaku?”
Sang khalifah pun
seketika jatuh pingsan.
Khalifah pingsan,
karena merasa aibnya telah terbongkar di hadapan Syaikh ‘Abdul Qadir. Ia banyak
mengkorup uang rakyatnya, tapi kemudian disedekahkan kepada Syaikh ‘Abdul
Qadir.
Dalam pandangan Rasul,
Allah adalah Dzat yang Maha Suci. Karenanya, Allah tidak akan menerima amal,
kecuali amal yang suci, halal, dan ikhlas karena-NYA.
Semoga cerita ini dapat
menjadi pelajaran bagi kalian semua dalam mencari rezeki, karena di masa
sekarang ini banyaknya manusia yang ingin kaya dan tak menghiraukan dari mana
rezeki itu ia dapat, padahal rezeki yang haram itu tidak kan membuatnya merasa
bahagia di dunia maupun di akhirat. Karena sebanyak-banyaknya rezeki yang ia
dapatkan dan ia akan mensedekahkan semua rezeki itu maka rezeki itu tidak akan
diterima oleh Allah karena keharaman rezeki itu, bukannya kita mendapatkan
pahala malah kita yang mendapatkan dosa bila kita jadi mensedekahkan rezeki
haram itu, karena telah membuat banyak orang juga memakan dan menikmati makanan
atau barang dari rezeki yang haram itu. Sebagai manusia yang baik serta
diridhoi oleh Allah sebaiknya berapapun rezeki halal yang kita dapat harus kita
syukuri karena rezeki itulah yang akan mengantarkan kita menuju kebahagiaan di dunia maupun di
akhirat. Amiin.
Hormat Kami.
Rakyat Yang Tertindas
No comments:
Post a Comment