07 April 2016

Kisah Seorang Profesor dan Seorang Nelayan

Pada suatu hari, ada dua orang sahabat lama di kampung pesisir bertemu. Keduannya sudah bersahabat sejak masih berada di bangku kanak-kanak. Saat masih kecil dulu mereka selalu bermain bersama dengan anak-anak kampung lainnya. Seiring berjalannya waktu, saat mereka mulai memasuki bangku SMA mereka menjalani hidupnya masing-masing; yang satu pergi merantau ke kota dan melanjutkan pendidikan hingga menjadi profesor, sedangkan yang lain tetap tinggal di kampungnya menjadi nelayan dan petani. Suatu hari nelayan mengajak temannya, sang profesor memancing dengan perahu kecil di tengah laut. Dalam perjalanan, mereka pun berbincang-bincang.
Baca juga:Aku Akan Tidur Atau Akan Mati
Baca juga:  10 Cara Sukses Dalam Islam
Apa kamu bisa berbahasa Inggris?” tanya sang profesor kepada Nelayan. Dengan malu-malu, Nelayan berterus terang tidak bisa berbahasa Inggris karena hanya bersekolah sampai SMP dan kemudian menjadi Nelayan.
Dengan sedikit sombong, Profesor itu berkata, “Rugi sekali kamu jika tidak bisa berbahasa Inggris. Dengan bahasa Inggris, kau bisa belajar aneka ilmu, berkeliling dunia, merantau, dan menjadi kaya raya. Bahkan, jika tidak bisa berbahasa Inggris, kamu sudah kehilangan 50% hidupmu. Bagaimana dengan ilmu matematika?
Dengan rasa malu yang makin besar, Nelayan menjawab, “Apalagi ilmu matematika, kamu kan tahu kalau sewaktu sekolah dulu aku tidak menyukai pelajaran matematika.” Jawaban Nelayan membuat Profesor makin besar kepala dan  merasa lebih dari sahabat lamanya.
Baca juga: JikaSoekarno Masih Memimpin, Tak Akan Ada Freeport Di Papua
Tiba-tiba cuaca berubah mendung. Ombak tinggi, hujan lebat, bercampur angin kencang menerpa perahu kecil yang mereka tumpangi. Kondisi ini membuat Profesor menjadi sangat ketakutan dan memegang erat-erat tepi perahu. “Tenang kawan, ombak ini tidak akan membinasakan kita. Ini biasa terjadi pada musim penghujan, sekarang ini,” kata Nelayan menenangkan sahabatnya. Nelayan terus menenangkan Profesor agar tidak takut. Menurut Nelayan, jika perahu dihempas ombak, mereka bisa berenang beberapa ratus meter hingga sampai ke pantai. Mendengar kata-kata itu, Profesor bertambah takut dan memeluk erat Nelayan.
Justru itu, kamu kan tahu kalau aku tidak bisa berenang. Karena tidak bisa berenang, aku takut jika perahu ini terbalik dan ombak menghempaskan kita ditengah laut. Lalu aku akan mati tenggelam.” Kata Profesor
Baca juga: Tentara Papua Nugini Menurunkan Bendera Merah Putih Di Kampung Rawa Biru,Merauke, Papua
Baca juga: Surat Untuk Penguasa Yang Zhalim
Tersenyum kecil, Nelayan itu berkata, “Ah, percuma kamu sekolah jauh-jauh ke kota hingga menjadi Profesor tetapi masih tidak bisa berenang. Menurutmu tidak bisa berbahasa Inggris dan matematika akan kehilangan 50% hidupmu, tapi jika sekarang kamu tidak bisa berenang, kamu akan kehilangan 100% hidupmu.
Kisah tersebut memberi pesan bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Karenanya kita tidak boleh sombong terhadap kemampuan yang bisa kita lakukan dan sibuk memperolok-olok kekurangan orang lain. Karena sesungguhnya, tanpa kamu sadari, kamu telah mengolok-olok dirimu sendiri dengan apa yang kamu olok-olokkan itu. Maka itu hiasilah dunia ini dengan hiduplah rendah hati serta ajarkanlah kemampuan itu kepada orang lain. Betapa indahnya dunia ini jika para penghuninya saling peduli dan mengasihi.
Baca juga: Dunia Yang Butuh Indonesia, Bukan Sebaliknya

No comments:

Post a Comment