09 January 2016

AKSI INTELIJEN INDONESIA PENYELUNDUP PESAWAT TEMPUR

Benny Moerdani , yang waktu itu menjabat sebagai Asisten Intelijen Pertahanan dan Keamanan melakukan operasi rahasia membeli 32 pesawat tempur bekas A-4E Skyhawk milik Israel pada tahun 1979. Nama sandinya Operasi Alpha, diambil dari huruf depan pesawat. Ini penugasan langsung dari Soeharto. Karena Indonesia tak punya hubungan diplomatik dengan Israel, maka operasi ini dijalankan dengan sangat rahasia.
Baca juga: Dunia Yang Butuh Indonesia, Bukan Sebaliknya
Bekas Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Purnawirawan Ashadi Tjahjadi dalam bukunya, Loyalitas Tanpa Pamrih, menceritakan Benny mengancam tidak akan mengakui kewarganegaraan anggota pasukan yang ditugasi membawa pesawat itu jika misi gagal. “Yang ragu-ragu silahkan kembali sekarang,” kata Ashadi dalam bukunya, menguntip ucapan Benny waktu itu.
Pembelian itu merepotkan intelijen Indonesia karena meski mengirim tim, dari teknisi hingga pilot, tanpa terendus banyak pihak. Semua identitas prajurit yang dikirim ke Israel dibuang di laut Singapura. Untuk menjaga kerahasiaan, mereka menyebut Israel dengan Arizona, negara bagian Amerika Serikat. Alamat korespondensi juga diarahkan ke Kantor Atase Pertahanan KBRI Washington.
Baca juga: Aku Akan Tidur Atau Akan Mati
Baca jug: KISAH BOCAHLUAR BIASA YANG BERAKHIR KADALUARSA
Joko Poerwoko, salah satu anggota tim, dalam otobiografinya Menari di Angkasa, mengisahkan bahwa awalnya mereka terbang ke Frankfurt menggunakan Lufthansa. Setelah beberapa kali ganti pesawat, mereka tiba di Bandara Ben Gurion, Tel Aviv. Di sana, para pilot itu langsung digiring petugas tanpa sempat menyerahkan surat jalan laksana paspor. “Betapa hebatnya agen rahasia Mossad yang dapat dengan cepat mengenali penumpang gelap tanpa paspor,” kata Djoko dalam bukunya.
Latihan terbang Operasi Alpha berakhir pada 20 Mei 1980. Para penerbang gembira, tapi tak lama. Sebab, brevet dan ijazah pendidikan selama enam bulan dibakar oleh perwira intelijen penghubung di depan mata mereka. Bukan itu saja, semua barang milik para penerbang juga dibakar, termasuk peta navigasi dan peta perjalanan. Djoko menulis, “Mereka berpesan, tidak ada bukti kalau kalian pernah ke sini
Baca juga: LAPAN Ternyata Diam-Diam Pernah Merancang Pesawat Tempur Generasi Ke-5
Selepas pendidikan, para penerbang itu pulang ke Indonesia melalui Washington. Selama dua pekan mereka diajak berkeliling Amerika Serikat, tidur di sepuluh hotel, dan mencoba berbagai moda transportasi yang ada di sana. Mereka juga diwajibkan mengirim kartu pos ke Indonesia.
Mereka kemudian ke Arizona, masuk pangkalan US Marine Corps, Yuma Air Station. Selama tiga hari mereka menjalani pelatihan di sana. Pada hari terakhir, mereka diwajibkan berfoto seolah-olah baru diwisuda dan menerima ijazah versi Marine Corps. Salah satu pose wajibnya adalah berdiri di depan pesawat tempur A-4E Skyhawk milik Amerika Serikat. “Ini sebagai kamuflase intelijen,” kata Djoko dalam otobiografinya. Kembali ke Indonesia, mereka memamerkan pesawat tempur A-4E Skyhawk ke publik pada peringatan ulang tahun ABRI, 5 Oktober 1980.
Baca juga: Skuadron 100TNI AL Jadi Efek Gentar Bagi Penyusup RITNI


No comments:

Post a Comment