18 January 2016

KISAH DUA NENEK JOMPO

Ada sebuah cerita tentang dua orang nenek jompo yang tinggal di panti. Mereka tinggal di kamar yang sama. Nenek yang lumpuh memiliki tempat tidur tidak di dekat jendela. Sedangkan nenek yang satunya tidak lumpuh dan memiliki tempat tidur di dekat jendela. Nenek itu selalu duduk di pinggir jendela dan memandang keluar.
 Hampir setiap hari, ia bercerita kepada nenek yang lumpuh tentang apa yang dilihatnya; sepasang burung yang hinggap di pohon, tupai yang selalu ceria, kupu-kupu yang bebas bertebangan, matahari yang bersinar dengan cerianya dan juga tentang anak-anak yang berlari sambil bermain-main. Nenek yang lumpuh itu hanya memejamkan mata dan membayangkan apa yang diceritakan kepadanya.
Baca juga: LAPAN Ternyata Diam-Diam Pernah Merancang Pesawat Tempur Generasi Ke-5

Tidak lama kemudian, nenek yang tidur di dekat jendela meninggal dunia. Dan, nenek yang lumpuh pindah ke tempat tidur di sebelah jendela. Begitu sampai di sana, nenek yang lumpuh itu mengangkat tubuh rentanya. Dengan bertumpu pada sikunya, ia memandang keluar jendela yang berada di samping kamar tidurnya. Namun, ia tidak melihat gambaran yang selalu diceritakan oleh almahrummah nenek yang tidak lumpuh. Di luar sana tidak ada burung dan semua pemandangan indah; ternyata jendela itu menghadap tembok.

Penasaran, nenek lumpuh itu bertanya kepada perawat tentang alasan almahrummah nenek yang tidak lumpuh itu menceritakan hal-hal yang begitu indah kepadanya.
Baca juga: BERHENTILAH BERHATI SEEKOR TIKUS
Baca juga: KISAH BOCAHLUAR BIASA YANG BERAKHIR KADALUARSA
Jawaban perawat sungguh mencengangkan. Ternyata nenek tersebut buta akibat kecelakaan menimpanya 25 tahun yang lalu. Ia hanya ingin memberikan semangat kepada nenek yang lumpuh lewat kisah-kisahnya.

Jadi, kita tahu bahwa motiflah (alasan) yang membuat dunia lebih berwarna. Oleh karena itu, warnailah kehidupan yang suram dengan keceriaan, warnailah dunia yang pesimis dengan keoptimisan, warnailah dunia yang tidak adil dengan ucapan syukur. Bahkan, penelitian psikolog Martin Seligman dari Universitas Pensylvania menemukan bahkan sikap optimis meningkatkan kualitas pekerjaan.

Baca juga: HOAX Tentang Pertolongan Pertama Orang Terkena Struk Dengan MenusukkanJarum Keujung Jari
Baca juga: Isi Hati Anak Papua Untuk Saudara Sesama Papua.


No comments:

Post a Comment